Ibuku, Kartiniku

Moment 21 April kita kenal sebagai moment wanita Indonesia. Dimana bangsa Indonesia memperingati hari Kartini sebagai ujung tombak semangat wanita dalam menjunjung kredibilitasnya sebagai makhluk yang setara dengan pria. Bahwa wanita tidak hanya berdiam diri di rumah, tidak bersekolah, melainkan wanita juga bisa berkarya, bekerja, bersekolah, menuntut ilmu demi masa depan dirinya. Akan tetapi, di masa ini banyak wanita yang menyalah artikan semangat kartini tersebut. Para wanita lupa akan derajatnya sebagai wanita yang sesungguhnya. Mereka lupa bahwasanya mereka adalah wanita yang berperan dalam keluarga dan mengayomi masyarakat. Terkadang ada pula yang lupa meluangkan waktu untuk keluarganya dengan aktivitas pekerjaannya.
Sosok Kartini adalah salah satu sosok yang aku idolakan di dalam diri wanita yang telah melahirkanku, menyusuiku, dan merawatku sejak aku masih dalam kandungannya, hingga aku seperti ini. Peran beliau sebagai seorang ibu sekaligus madrasahku di rumah melebihi sosok kartini yang telah memberikan semangat bagi wanita Indonesia. Beliau adalah seorang ibu yang kuat, tegar, dan sabar membimbing dan membesarkan anak-anaknya, terutama diriku sebagai anak perempuan satu-satunya. Masih teringat dulu ibupun rela menjual sayur mayur dari kebun untuk membiayai anak-anaknya sekolah. Ibupun selalu mendoakan aku dan juga kedua saudaraku dalam tahajudnya setiap malam dan sujud-sujudnya. Beliaupun tidak pernah mengeluh ketika anak-anaknya berkeluh kesah kepadanya. Ketika anaknya seringkali menyakiti hatinya atau membuatnya kecewa. Tanpa kusengaja ataupun kusengaja seringkali akupun pernah menyakiti hati ibuku. Akan tetapi beliau tidah pernah sekalipun membalas rasa sakit hatinya itu. Maafkan aku ibu. Sungguh aku hanya ingin mendapatkan surga di telapak kakimu. Aku ingin sekali membahagiakan dirimu ibu, akan tetapi aku belum bisa membuatmu bahagia dan membalas semua kebaikan ibuku. Itulah ibuku, kartiniku. Bahkan melebihi sosok seorang Kartini. Yang berjuang keras demi menghidupi keluarganya dan tidak pernah putus asa. Aku bangga sekali memiliki ibu seperti “ibu”.
Semoga Kartini masa kini bisa menjadi sosok wanita yang benar-benar memiliki kecerdasan dan tanggung jawab sebagai seorang “wanita” dalam memperjuangkan hak-haknya. Bukan hanya seorang wanita yang memiliki kredibilitas dalam persaingan dengan lelaki, akan tetapi wanita yang tahu dan mengerti serta cakap dalam menjalankan tugas-tugas dan kewajibannya sebagai ‘wanita’ di dalam keluarga dan masyarakat.
Salam hangat saya kepada seluruh di seluruh wanita di Indonesia, di seluruh dunia.

4 respons untuk ‘Ibuku, Kartiniku

  1. @ Suluh
    Selamat hari kartini juga…

    @hanggadamai
    jangan sedih donk 😦 …semangat !!! ibu kamu pasti selalu doain kamu di rumah….. smile up bro….:-)

Tinggalkan komentar